BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
KRISIS LINGKUNGAN
Sebagian besar penduduk dunia telah menyadari kenyataan bahwa planet bumi telah memasuki periode krisis Lingkungan , yang bila dibandingkan dengan dua atau tiga abad yang lalu, krisis ini telah semakin serius. Dengan kata lain, bila dibandingkan dengan ribuan tahun yang lalu, kondisi planet bumi dari sisi lingkungan hidup telah mengalami perubahan yang sangat besar. Penyebab utama dari munculnya krisis ini adalah tidak adanya penyesuaian antara kebutuhan-kebutuhan manusia dewasa ini dengan fasilitas dan sumber daya alam yang tersedia.
Di masa lalu, orientasi pembangunan umumnya adalah eksploitasi sumber daya alam semaksimal mungkin. Namun kini, seiring dengan semakin menyusutnya sumber daya alam, manusia lebih memperhatikan masalah efiesiensi dalam pengeksploitasian sumber daya alam. Bisa dikatakan, salah satu penyebab utama terjadinya penyusutan sumber daya alam itu adalah meluasnya pencemaran lingkungan.
Dewasa ini, air bersih merupakan sebuah hal yang sangat berperan dalam pembangunan negara. Upaya untuk mengentaskan kemiskinan, kelaparan, dan meningkatkan taraf kesehatan masyarakat sangat tergantung kepada ketersediaan sumber air bersih ini. Namun, seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, perluasan pencemaran air, dan eksploitasi air tanpa kontrol, ketersediaan air bersih pun menjadi sesuatu hal yang sulit untuk dipenuhi.
Kurangnya sumber air bersih sangat dipengaruhi oleh perilaku umat manusia sendiri. Polusi air mencakup adanya perubahan fisik dan kimiawi air sehingga membuat air tidak lagi sehat untuk dikonsumsi manusia. Hal ini seringkali terjadi akibat kesalahan manusia sendiri. Meskipun air adalah adalah salah satu materi yang paling vital dalam kehidupan manusia, namun selalu saja manusia tidak memperlakukan air sebagaimana mestinya. Di berbagai tempat, sumber air justru dijadikan tempat pembuangan akhir berbagai bentuk limbah. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan manusia terhadap air pada masa-masa yang akan datang akan lebih besar daripada kebutuhan terhadap energi. Bahkan, banyak analis yang memprediksikan, di masa depan perang akan terjadi bukan karena memperebutkan sumber minyak, melainkan untuk memperebutkan sumber air.
Meskipun sebagian besar permukaan bumi terdiri dari air, namun sebagian besarnya tidak bisa dikonsumsi manusia. Hanya sebagian kecil saja dari sumber air di planet bumi yang memenuhi standar kesehatan manusia. Sebagian samudera yang ada di planet bumi kini telah dijadikan keranjang sampah raksasa yang menjadi tempat bagi manusia untuk membuang segala bentuk limbah, mulai dari limbah rumah tangga, limbah sisa proses produksi pertanian, dan limbah industri.
Salah satu limbah yang paling berbahaya bagi air, yaitu limbah kimia. Sebagai contoh, di Sulawesi ada sebuah pabrik penambangan emas milik AS yang beroperasi. Pabrik ini membuang lumpur sisa penghancuran batu tambang yang memisahkan emas dari batu-batuan lainnya ke perairan Teluk Buyat. Padahal, lumpur tersebut ternyata masih mengandung logam berbahaya seperti mangan, seng, dan sianida. Akibatnya, di teluk itu banyak ditemui ikan yang memiliki benjolan semacam tumor dan mengandung cairan kental berwarna hitam dan lendir berwarna kuning keemasan. Sejumlah penduduk di tepi teluk itu yang mengkonsumsi ikan, juga mengalami benjol-benjol di leher, payudara, betis, pergelangan, dan kepala.
Kejadian di Teluk Buyat ini memperlihatkan betapa bahayanya bila manusia tidak memperdulikan keselamatan sumber air. Dampak negatif dari pencemaran terhadap sumber air sangatlah luas dan akan terus dirasakan manusia dari generasi ke generasi. Untuk memperbaiki kondisi sumber air yang sudah tercemar, dibutuhkan dana yang sangat besar dan waktu yang lama. Oleh karena itu, langkah terbaik tentu saja melakukan pencegahan sejak dini, agar sumber air tidak tercemar.
Pada saat ini, sekitar satu milyar 200 juta manusia di dunia tidak memiliki akses terhadap air bersih dan diprediksikan pada tahun 2025 jumlah ini akan meningkat menjadi 2 milyar 3 juta orang. Angka ini tentu bukan angka kecil yang bisa diabaikan begitu saja. Untuk itu, diperlukan kesadaran masyarakat dunia, baik masyarakat awam, pelaku industri, maupun pemerintah. Hanya melalui kerjasama yang sinergis di antara semua unsur masyarakat, sumber air di dunia ini bisa terselamatkan.
Masalah lingkungan di Indonesia, sekarang sudah
merupakan problem khusus bagi pemerintah dan masyarakat. Masalah lingkungan
hidup memang merupakan masalah yang kompleks dimana lingkungan lebih banyak
bergantung kepada tingkah laku manusia yang semakin lama semakin menurun, baik
dalam kualitas maupun kuantitas dalam menunjang kehidupan manusia. Ditambah
lagi dengan melonjaknya pertambahan penduduk maka keadaan lingkungan menjadi
semakin semrawut. Berbagai usaha penggalian sumber daya alam dan pembangunan
industri-industri untuk memproduksi barang-barang konsumsi tanpa adanya
usaha-usaha perlindungan terhadap pencemaran lingkungan oleh buangan yang
merupakan racun bagi lingkungan disekitarnya dan tidak mustahil dapat membawa
kematian.
Kecenderungan kerusakan lingkungan hidup semakin masif
dan kompleks baik di pedesaan dan perkotaan. Memburuknya kondisi lingkungan
hidup secara terbuka diakui memengaruhi dinamika sosial politik dan sosial
ekonomi masyarakat baik di tingkat komunitas, regional, maupun nasional. Pada
gilirannya krisis lingkungan hidup secara langsung mengancam kenyamanan dan
meningkatkan kerentanan kehidupan setiap warga negara. Kerusakan lingkungan
hidup telah hadir di perumahan, seperti kelangkaan air bersih, pencemaran air
dan udara, banjir dan kekeringan, serta energi yang semakin mahal. Individu
yang bertanggungjawab atas kerusakan lingkungan hidup sulit dipastikan karena
penyebabnya sendiri saling bertautan baik antar-sektor, antar-aktor,
antar-institusi, antar-wilayah dan bahkan antar-negara.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN LINGKUNGAN
Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari
lingkungannya. Baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Kita bernapas
memerlukan udara dari lingkungan sekitar. Kita makan, minum, menjaga kesehatan,
semuanya memerlukan lingkungan. Lingkungan atau sering juga disebut lingkungan
hidup adalah jumlah semua benda yang hidup dan mati serta seluruh kondisi yang
ada didalam ruang yang kita tempati. Adapun berdasarkan UU No. 23 Tahun
1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan
makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
B.
PENYEBAB KERUSAKAN LINGKUNGAN
Penyebab dan Dampak Kerusakan Lingkungan’
Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan
dari lingkungannya. Baik
lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Kita bernapas memerlukan udara dari
lingkungan sekitar. Kita makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya
memerlukanlingkungan.Lingkungan hidup,
menurut UU no. 32 tahun 2009, “Lingkungan
hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,
dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu
sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lain”. Dalam persoalan lingkungan hidup, manusia mempunyai peranan yang
sangat penting. Karena pengelolaan lingkungan hidup itu sendiri pada akhirnya
ditujukan buat keberlangsungan manusia di bumi ini.
Kerusakan lingkungan hidup terjadi karena
adanya tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung sifat
fisik dan/atau hayati sehingga lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam
menunjang pembangunan berkelanjutan (KMNLH, 1998). Kerusakan lingkungan hidup
terjadi di darat, udara, maupun di air. Kerusakan lingkungan hidup yang akan
dibahas dalam Bab ini adalah meluasnya lahan kritis, erosi dan sedimentasi,
serta kerusakan lingkunganpesisirdanlaut.
Faktor penyebab kerusakan lingkungan hidup dibedakan
menjadi 2 jenis, yaitu Faktor Alam dan Faktor Manusia.
a.KerusakanLingkunganHidupFaktorAlam
Bentuk bencana alam yang akhir-akhir ini banyak melanda Indonesia telah menimbulkan dampak rusaknya lingkungan hidup. Salah satunya adalah gelombang tsunami yang memporak-porandakan bumi Serambi Mekah dan Nias. Peristiwa alam lainnya yang berdampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain : Letusan gunung berapi, Gempa bumi, dan Angin topan. Peristiwa-peristiwa alam tersebut yang menimbulkan kerusakan pada lingkunga hidup.
Bentuk bencana alam yang akhir-akhir ini banyak melanda Indonesia telah menimbulkan dampak rusaknya lingkungan hidup. Salah satunya adalah gelombang tsunami yang memporak-porandakan bumi Serambi Mekah dan Nias. Peristiwa alam lainnya yang berdampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain : Letusan gunung berapi, Gempa bumi, dan Angin topan. Peristiwa-peristiwa alam tersebut yang menimbulkan kerusakan pada lingkunga hidup.
b.KerusakanLingkunganHidupFaktorManusia
Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar dalam menentukan kelestarian lingkungan hidup. Namun sayang, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Manusia merupakan salah satu kategori faktor yang menimbulakan kerusakan lingkungan hidup. Bentuk kerusakan yang di timbulkn oleh manusia adalah:
Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar dalam menentukan kelestarian lingkungan hidup. Namun sayang, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Manusia merupakan salah satu kategori faktor yang menimbulakan kerusakan lingkungan hidup. Bentuk kerusakan yang di timbulkn oleh manusia adalah:
- Terjadinya pencemaran
(pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai dampak adanya kawasan
industri.
- Terjadinya banjir, sebagai
dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan kesalahan dalam
menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan.
- Terjadinya tanah longsor,
sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan.
Beberapa ulah manusia
yang baik secara langsung maupun tidak langsung juga membawa dampak pada
kerusakan lingkungan hidup antara lain:
- Penebangan hutan secara liar
(penggundulan hutan).
- Perburuan liar.
- Merusak hutan bakau.
- Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman.
- Pembuangan sampah di
sembarang tempat.
- Bangunan liar di daerah
aliran sungai (DAS).
- Pemanfaatan sumber daya alam
secara berlebihan di luar batas.
C. PERSOALAN LINGKUNGAN SAAT INI
Kini malapetaka yang terjadi dalam kisah-kisah kuno
seperti Sodom dan Gomora zaman nabi Luth dan banjir zaman nabi Nuh kembali
mengancam kehidupan di muka bumi akibat ulah manusia. Pemanasan global atau
global warming menjadi isu dunia dan tidak terkecuali Indonesia. Penyebab utama
pemanasan ini adalah pembakaran bahan fosil, seperti batu bara, minyak bumi dan
gas alam, yang melepas karbondioksida dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai
gas rumah kaca ke atmosfer. Gas rumah kaca juga timbul karena penggunaan
peralatan elektronik, penggundulan hutan, kebakaran hutan, yang mengurangi
penyerapan karbondioksida ke atmosfer. Ketika atmosfer semakin banyak menampung
gas-gas rumah kaca ini, karena karbon dioksida yang dilepas lebih banyak dari
yang diserap, ia semakin menjadi insulator yang menahan lebih banyak panas dari
matahari yang dipancarkan ke bumi.Akibatnya rata-rata temperatur bumi
meningkat. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa
temperatur udara global telah meningkat 0,60c sejak 1861. IPCC memprediksi
peningkatan temperatur rata-rata global akan meningkat 1,4-5,60c pada 2100.
Akibatnya akan terjadi perubahan iklim secara dramatik. Pola curah hujan
berubah dan meningkat. Tetapi air akan lebih cepat menguap dari tanah. Badai
akan menjadi lebih sering terjadi. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin
dengan pola yang berbeda.
Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan laut
juga akan menghangat, sehingga menaikan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga
akan mencairkan banyak es dikutub, sehingga memperbanyak volume air di laut.
Tinggi permukaan laut di seluruh dunia telah meningkat 10-25 cm selama abad
ke-20, dan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9-88 cm pada abad 21.Di
Indonesia, kenaikan permukaan air laut berpotensi menenggelamkan 50 meter
daratan dari garis pantai kepulauan Indonesia, yang panjangnya 81.000 km.
diperkirakan lebih dari 405.000 hektar daratan Indonesia akan tenggelam, ribuan
pulau kecil akan lenyap dari peta Indonesia, abrasi pantai dan intrusi lautpun
makin mengancam penduduk bumi. Air bersih bakal kian langka karena intrusi air
laut yang mencemari tanah. Penduduk Jakarta dan kota-kota pesisir akan
kekurangan air bersih. Di pantai ribuan dan mungkin jutaan tambak juga akan
lenyap. Menurut IPCC dalam laporan awal April 2007, menyebutkan kenaikan
rata-rata suhu tahunan di Indonesia antara 1970 dan 2004 mencapai 0,1-10c.
Kondisi itu akan menurunkan produksi pangan, meningkatkan kerusakan pesisir,
dan menyebabkan berbagai jenis fauna yang tidak mampu beradaptasi dengan
temperatur panas akan musnah.
Parahnya kondisi yang bakal terjadi dalam pemanasan
global, dan hanya dapat diperlambat dan kemudian dicegah, apabila tidak ada
peningkatan emisi karbon karena keluasan hutan di bumi memiliki daya serap yang
tinggi, dan berkurangnya pelepasan karbondioksida akibat pembakaran bahan bakar
fosil. Khususnya di Indonesia keluasan hutan jauh berkurang karena penebangan
dan kerusakan hutan. Itupun rupanya masih belum cukup, karena Departemen
Kehutanan justru akan melelang lagi kawasan hutan Indonesia seluas 1.063.418
hektar, ini berarti seluas 2 kali pulau Bali. Pelelangan tersebut di 16 lokasi
Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) di seluruh Indonesia, termasuk
Papua : 2 lokasi, Kalimantan Barat : 2 lokasi, Kalimantan Timur : 6 lokasi,
Kalimantan Tengah : 3 lokasi, Sulawesi Tengah : 1 lokasi, Maluku Tengah : 1
lokasi, Jambi- Sumatera Selatan : 1 lokasi. Selain melelang izin HPH,
Departemen Kehutanan juga akan melelang 9 kawasan HTI meliputi 2 lokasi di
Riau. Satu di Jambi, 1 di Kalimantan Timur dan 5 di Sumatera Selatan. Tentu
saja kebijakan ini akan semakin mengurangi keluasan jumlah hutan di Indonesia.
Apakah dengan demikian kita tidak sedang mempercepat terjadinya pemanasan
global karena keluasan hutan yang mampu menyerap karbondioksida semakin
berkurang.
Lebih membingungkan lagi bahwa Pemerintah Indonesia
juga telah menandatangani 58 perjanjian kerja sama senilai US $ 12,4 milyar
untuk pengembangan bio-fuel. Pengembangan bio-fuel ini terkait dengan 1 juta
hektar pencadangan kawasan untuk perkebunan di Papua dan Kalimantan. Sejauh ini
belum ada kepastian bahwa rencana itu tidak akan memanfaatkan lahan hutan alam,
sebagai salah satu sasaran, ekspansi perkebunan kelapa sawit dsb, yang pada
akhirnya akan semakin memperparah keadaan kondisi hutan di Indonesia. Biofuel
memang bahan bakar yang ramah lingkungan karena emisi karbonnya sangat rendah,
sehingga negara Uni Eropa sangat tertarik untuk meningkatkan kebutuhan biofuel.
Namun dari perspektif lain karena bahan tersebut adalah minyak sawit, maka
potensi perkebunan sawit akan semakin luas menghancurkan hutan alam di
Indonesia. Itu berarti keuntungan bagi negara-negara Eropa karena menyelesaikan
salah satu permasalahan lingkungannya, tetapi dilain pihak menghancurkan hutan
di Indonesia. Barangkali permasalahan ini juga diketahui dan dimengerti oleh
Pemerintah Indonesia, karena pemerintah bukan tidak memiliki ahli di bidang
ini, hanya saja kepentingan lain lebih menarik sehingga perjanjian kerjasama
ini ditandatangani.
D. UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN DALAM
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang
tidak bisa ditunda lagi dan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau
pemimpin negara saja, melainkan tanggung jawab setiap insan di bumi, dari
balita sampai manula. Setiap orang harus melakukan usaha untuk menyelamatkan
lingkungan hidup di sekitar kita sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.
Sekecil apa pun usaha yang kita lakukan sangat besar manfaatnya bagi
terwujudnya bumi yang layak huni bagi generasi anak cucu kita kelak.
Upaya pemerintah untuk mewujudkan kehidupan adil dan
makmur bagi rakyatnya tanpa harus menimbulkan kerusakan lingkungan
ditindaklanjuti dengan menyusun program pembangunan berkelanjutan yang sering
disebut sebagai pembangunan berwawasan lingkungan. Pembangunan berwawasan
lingkungan adalah usaha meningkatkan kualitas manusia secara bertahap dengan
memerhatikan faktor lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan dikenal
dengan nama Pembangunan Berkelanjutan. Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan
kesepakatan hasil KTT Bumi di Rio de Jeniro tahun 1992.
BAB III
KESIMPULAN
Masalah lingkungan hidup memang merupakan masalah yang
kompleks dimana lingkungan lebih banyak bergantung kepada tingkah laku manusia yang
semakin lama semakin menurun, baik dalam kualitas maupun kuantitas dalam
menunjang kehidupan manusia. Ditambah lagi dengan melonjaknya pertambahan
penduduk maka keadaan lingkungan menjadi semakin semrawut. Kecenderungan
kerusakan lingkungan hidup semakin masif dan kompleks baik di pedesaan dan
perkotaan. Memburuknya kondisi lingkungan hidup secara terbuka diakui
memengaruhi dinamika sosial politik dan sosial ekonomi masyarakat baik di
tingkat komunitas, regional, maupun nasional. Kita sebagai manusia yang
memiliki akal, budi dan pikiran seharusnya mampu untuk lebih bisa menjaga dan
melestarikan lingkungan hidup demi keberlangsungan dunia yang asri. Dari sini
kita juga harus lebih jeli dalam menanggapi beberapa kasus lingkungan hidup
mulai dari yang terkecil hingga yang nantinya akan membawa dampak yang fatal
atau buruk bagi kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
§
Imam, Supardi, Lingkungan Hidup dan Kelestariannya.PT Alumni. Bndung. 2003.
§
Bethan, Samsuharya, Penerapan Prinsip Hukum Pelestarian Fungsi Lingkungan
Hidup dalam Aktifitas Industri Nasional. PT Alumni. Bandung. 2008.
§
Hamzah, Yacob. Beberapa Penanganan Kasus Lingkungan Hidup. Wahana
lingkungan Hidup Indonesia. Jakarta. 1993.
§
Muhamad, Erwin, Hukum Lingkungan. Refika Aditama. Bandung. 2008
MAKALAH PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP
“KRISIS LINGKUNGAN DAN SEBAB KRISIS LINGKUNGAN“
SMA NEGERI 9 GARUT MALANGBONG
Di Susun Oleh
Kelas
|
: Ine Ahyar Hasriza
: x 8
|
Jl. Bojong Sari Tangsi Malangbong- Garut
44188
2014
0 komentar :
Posting Komentar