BAB – I
A. Empat Kriteria
Masyarakat Jahiliyah
Pertama, tidak adanya iman yang sesungguhnya kepada
Allah ta’aala. Yaitu, sikap yang membuktikan kesatuan antara akidah dan syariat
tanpa pemisahan.
Kedua, tidak adanya pelaksanaan hukum menurut apa
yang telah diturunkan Allah ta’aala, yang berarti menuruti “hawa nafsu”
manusia.
وَأَنِ احْكُمْ
بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ
أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ فَإِنْ تَوَلَّوْا
فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُصِيبَهُمْ بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ
وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ
وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
”…dan hendaklah
kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap
mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah
diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah
diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan
menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan
sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum
Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada
(hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS Al-Maidah ayat 49-50)
Ketiga, hadirnya berbagai thaghut di
muka bumi yang membujuk manusia supaya tidak beribadah dan tidak taat kepada
Allah ta’aala serta menolak syariat-Nya. Lalu, mengalihkan peribadatannya
kepada thaghut dan hukum-hukum yang dibuat menurut nafsunya.
اللَّهُ وَلِيُّ
الَّذِينَ آَمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ
كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى
الظُّلُمَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
”Allah ta’aala
Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan
(kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir,
pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya
kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal
di dalamnya.” (QS Al-Baqarah 257)
Keempat, hadirnya
sikap menjauh dari agama Allah ta’aala, sehingga penyelewengan menjurus kepada
nafsu syahwat. Masyarakat itu tidak melarang dan tidak merasa berkepentingan
untuk melawan perbuatan asusila.
Itulah beberapa
ciri menonjol setiap kejahiliyahan yang ada di muka bumi sepanjang sejarah.
Semuanya muncul dari cirinya yang paling pokok, yaitu penyelewengan dari
kewajiban berbakti dan menyembah Allah ta’aala sebagaimana mestinya.
Ciri pertama suatu
masyarakat jahiliyah adalah tidak adanya iman yang sesungguhnya kepada Allah
ta’aala. Sebagian masyarakat bisa jadi mengaku beriman, mengaku muslim. Namun
dalam hal mengimani Allah ta’aala, mereka mengimani Allah ta’aala menurut
selera, bukan sebagaimana Allah ta’aala memperkenalkan dirinya di dalam
Kitab-Nya. Mereka tidak tunduk kepada Allah ta’aala, malah mereka yang
mendefinisikan Allah ta’aala sesuai hawa nafsu.
وَمَا قَدَرُوا
اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ
”Dan mereka tidak
menghormati Allah ta’aala dengan penghormatan yang semestinya.” (QS Al-An’aam
ayat 91)
Dalam suatu
masyarakat jahiliyah mereka senang mengakui Allah ta’aala sebagai Maha
Pengasih, Maha Penyayang dan Maha Pengampun. Tapi mereka tidak suka mendengar
Allah ta’aala sebagai Yang Maha Keras siksaNya, atau Maha Memaksa, Maha Perkasa
serta Maha Sombong. Padahal semua ini merupakan atribut dari Allah ta’aala yang
jelas tercantum di dalam Kitab-Nya.
وَاتَّقُوا
فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ
اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
”Dan peliharalah
dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja
di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah ta’aala amat keras siksaan-Nya.” (QS
A-Anfaal 25)
هُوَ اللَّهُ
الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ
الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ
الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ
الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Dia-lah Allah
ta’aala Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui
yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Dia-lah Allah ta’aala Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja,
Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha
Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan,
Maha Suci, Allah ta’aala dari apa yang mereka persekutukan.” (QS Al-Hasyr ayat
22-23)
Mengapa sebuah
masyarakat jahiliyah bersikap pilih-kasih terhadap berbagai atribut Allah
ta’aala? Karena mereka banyak tenggelam dalam perbuatan dosa dan maksiat,
sehingga mereka sangat perlu dengan tuhan yang menyayangi dan mengampuni.
Mereka suka dengan tuhan yang menjanjikan surga yang penuh kenikmatan. Namun
mereka berusaha untuk tutup mata akan tuhan yang maha kuasa, maha perkasa dan
maha keras siksaannya. Mereka menutup mata akan hadirnya neraka dengan segenap
siksaannya yang mengerikan.
Sebab mereka
ingin tetap bermaksiat namun tidak ingin menerima konsekuensi atau hukuman
akibat maksiat tersebut. Maka mereka mengimani sebagian saja dari ketuhanan
Allah ta’aala. Artinya, mereka tidak mau mengembangkan iman yang sesungguhnya
kepada Allah ta’aala sebab mereka tidak siap menanggung resikonya. Mereka beriman
dengan cara berangan-angan. Mereka beriman dalam mimpi belaka. Mereka sangat
lemah dalam beriman. Sungguh benarlah Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam
dengan sabda beliau sebagai berikut:
الْكَيِّسُ مَنْ
دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ
وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
“Orang yang
paling cerdas ialah barangsiapa yang menghitung-hitung/evaluasi/introspeksi
(‘amal-perbuatan) dirinya dan ber’amal untuk kehidupan setelah kematian. Dan
orang yang paling lemah ialah barangsiapa yang mengikuti hawa nafsunya dan
berangan-angan (diampuni) Allah ta’aala.” (At-Tirmidzi 8/499)
Kondisi Politik
Kondisi Politik
di Jazirah Arab merupakan garis menurun, merendah dan tidak ada tambahan yang
mengarah ke atas. Manusia bisa dibedakan antara tuan dan budak, pemimpin dan
rakyat. Para tuan – terlebih lagi selain Arab – berhak atas semua harta
rampasan dan kekayaan, dan hamba diwajibkan membayar denda
dan pajak. Atau
dengan kata lain, rakyat bisa diumpamakan sebagai ladang yang harus
mendatangkan hasil dan memberikan pendapatan bagi pemerintah. Lalu para
pemimpin menggunakan kekayaan itu untuk foya_foya, mengumbar nafsu syahwat,
bersenang_senang, memenuhi kesenangan dan kewenang_wenangan-nya. Sedangkan
rakyat dengan kebutaannya semangkin terpuruk dan dilingkupi kedzaliman dari
segala sisi. Mereka hanya bisa merintih dan mengeluh. Bahkan tidak berhenti
sampai di sini saja, mereka harus menahan rasa lapar, ditekan, dan mendapat
berbagai macam penyiksaan dengan sikap diam, tanpa mengada-kan perlawanan
sedikit pun.
Kondisi Kehidupan
Agama
Banyak agama pada
masa Arab Jahiliyah pada saat kedatangan Islam. Namum agama_agama itu sudah
banyak disusupi penyimpangan dari hal_hal yang merusak. Orang_orang musyrik
yang mengaku berada pada agama Ibrahim justru keadaannya jauh sama sekali dari
perintah dan larangan syari’at Ibrahim. Mereka mengabaikan tuntunan_tuntunan
tentang akhlaq yang mulia. Kedurha-kaan mereka tidak terhitung banyaknya, dan
seiring dengan perjalanan waktu, mereka berubah menjadi parapaganis (penyembah
berhala), dengan tradisi dan kebiasaan yang menggambarkan berbagai macam
khurafat dalam kehidupan agama, kemudian mengimbas ke dalam kehidupan sosial,
politik, agama.
Kemudian
orang_orang Yahudi berubah menjadi orang_orang yang angkuh dan sombong.
Pemimpin_pemimpin mereka menjadi sesembahan selain Allah Ta’ala. Para pemimpin
inilah yang membuat hukum di tengah manusia dan menghisab mereka menurut
kehendak yang terbetik di dalam hati mereka. Ambisi mereka hanya tertuju kepada
kekayaan dan kedudukan, walaupun berakibat musnahnya agama dan menyebarnya
kekufuran serta pengabaian terhadap ajaran_ajaran yang telah ditetapkan Allah
Ta’ala dan semua orang dianjurkan untuk mensuci-kannya.
Sedangkan agama
Nasrani berubah menjadi agama paganisme yang sulit dipahami dan menimbulkan
percampuradukan antara Allah Ta’ala dan manusia. Kalau pun ada orang Arab
Jahiliyah yang memeluk agama ini, maka tidak ada pengaruh yang berarrti, karena
ajaran_ajarannya jauh dari model kehidupan yang mereka jalani, dan yang tidak
mungkin mereka tinggalkan
Sedangkan semua
agama bangsa Arab Jahiliyah, keadaan para pemeluknya sama dengan keadaan
orang_orang musyrik, sehingga keyakinan, kepercayaan, tradisi, dan kebiasaan
mereka hapir serupa.
Demikianlah
gambaran umum masyarakat Arab Jahiliyah yang penuh dengan penyimpangan baik
pada kondisi sosial, ekonomi, akhlaq, politik ataupun agama.
C. Kelahirannya nabi Muhammad hingga menjadi
rosul
Nabi Muhammad saw lahir di Makkah pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun Gajah dalam keadaan yatim.
Nabi Muhammad saw lahir di Makkah pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun Gajah dalam keadaan yatim.
Penamaan tahun
Gajah berkaitan dengan peristiwa pasukan Gajah yang dipimpin oleh Abrahah,
Gubernur Yaman yang ingin menghancurkan Ka’bah. Namun sebelum sampai ke kota
Makkah, mereka diserang oleh pasukan burung yang membawa batu-batu kerikil
panas (lihat QS Al-Fil: 1-5).
Turunnya wahyu
pertama QS. Al-A’la: 1-5 di gua Hira pada hari Senin di bulan Ramadan pada usia
yang ke 40 menjadi awal kerasulan Muhammad saw. Wahyu pertama tersebut berisi:
“1) Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan, 2) Yang menciptakan manusia
dari segumpal darah, 3) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia, 4) Yang
mengajari (manusia) dengan pena, 5) Dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya.”
Setelah menerima wahyu tersebut, Muhammad saw pulang menemui Khadijah dan mengungkapkan kekhawatirannya terhadap dirinya. Khadijah menenangkan: “Bergembiralah! Demi Allah, Dia tidak akan pernah menyia-nyiakanmu. Demi Allah, engkau ini menghubungkan shilaturrahim (hubungan kerabat), berkata jujur, menanggung beban orang lemah, membantu orang yang tidak punya, memuliakan tamu, menolong orang-orang yang ditimpa bencana.”
Khadijah lalu mempertemukannya dengan anak pamannya Waraqah bin Naufal, seorang pendeta Nasrani. Setelah menjelaskan peristiwa yang baru dialaminya di gua Hira, Waraqah menjelaskan bahwa yang datang kepada Muhammad saw itu adalah malaikat yang pernah datang kepada nabi Musa.
Setelah menerima wahyu tersebut, Muhammad saw pulang menemui Khadijah dan mengungkapkan kekhawatirannya terhadap dirinya. Khadijah menenangkan: “Bergembiralah! Demi Allah, Dia tidak akan pernah menyia-nyiakanmu. Demi Allah, engkau ini menghubungkan shilaturrahim (hubungan kerabat), berkata jujur, menanggung beban orang lemah, membantu orang yang tidak punya, memuliakan tamu, menolong orang-orang yang ditimpa bencana.”
Khadijah lalu mempertemukannya dengan anak pamannya Waraqah bin Naufal, seorang pendeta Nasrani. Setelah menjelaskan peristiwa yang baru dialaminya di gua Hira, Waraqah menjelaskan bahwa yang datang kepada Muhammad saw itu adalah malaikat yang pernah datang kepada nabi Musa.
“…Andai kata aku
masih hidup dan kuat di saat engkau diusir oleh kaummu…” kata Waraqah.
“Apakah mereka akan mengusirku?” Tanya Muhammad saw.
‘Ya…,” jawabnya. (lihat HR Bukhari dan Muslim)
“Apakah mereka akan mengusirku?” Tanya Muhammad saw.
‘Ya…,” jawabnya. (lihat HR Bukhari dan Muslim)
BAB – II
I.
RASULLAH
MUHAMMAD SAW SEBAGAI RAHMATAN LIL ‘ALAMIN
Nabi Muhammad SAW
adalah keturunan Bani Hasyim, salah satu klan dari suku kuat Quraisy yang
menguasai Makkah, pusat utama perdagangan di semenanjung Arab. Daerahnya sangat
luas, berukuran sekitar satu juta mil persegi. Sebagaian besar wilayah ini
terdiri dari padang pasir dan pegunungan, tempat hidup suku Badui yang dikenal
sebagai penggembala yang sering berpindah pindah. Kebiasaan sosial di kawasan
itu mencerminkan lingkungan yang dalam aspek sosial, membantu membentuk
masyarakatnya. Keluarga besar atau klan merupakan inti masyarakat. Beberapa
klan akan membentuk suku. Setiap suku dipimpin seorang kepala yang merupakan primus
inter pares, yang pertama diantara yang lain. Kepala suku ini biasanya
dipilih melalui suatu kesepakatan diantara sesama tokoh masyarakat.
Aturan-aturan kesukuan sangat berpengaruh dalam masyarakat.
Di masa muda
Nabi, agama berarti sekian banyak dewa dan dewi yang sering disembah melalui
pohon atau batu. Sementara aturan kesukuan menggalakkan kesadaran muru’ah,
kejantanan, yang merupakan kebanggaan para kesatria suku, tetapi perlakuan
terhadap wanita sangat buruk. Pembunuhan bayi perempuan merupakan praktik yang
umum dilakukan. Masyarakat berada ditebing anarki dan kekacauan. Karenanya,
masa sebelum datang Islam dikenal sebagai Jahiliyyah atau zaman kebodohan.
Nabi dilahirkan
sekitar 570 Masehi di Makkah. Ayahnya meninggal beberapa pekan sebelum
kelahirannya. Karena merupakan kebiasaan bagi seorang bayi yang baru lahir
untuk disusui seorang ibu angkat, pada awalnya Nabi dipelihara oleh seorang
wanita Badui, Halimah. Hubungan ini memastikan kedudukan Halimah pada tempat
istimewa dalam penghormatan dan kisah-kisah Muslim.
Ibunda Nabi
meninggal saat usia Nabi enam tahun dan beliaupun tinggal dengan kakeknya,
Abdul Mutthalib. Hanya dua tahun kemudian, kakeknya juga meninggal, dan Nabi
pun berada dalam pemeliharaan pamannya, Abu Thalib, seorang pedagang. Perasaan
kehilangan di usia yang demikian muda menjadikannya pribadi yang pemikir dan
sensitif. Ia sangat menekankan perlunya mengasihi anak yatim, wanita, dimana
golongan lemah dalam masyarakat. Sebagai seorang laki-laki, ia menggembala
domba di padang pasir. Belakangan ia akan mengenang hal itu dengan kesyukuran
yang bersahaja, ‘Allah sabdanya,’ Tidak akan mengutus nabi yang bukan
penggembala.’
Rasulullah adalah
laki-laki yang siddiq (benar), amanah (dapat dipercaya), tabligh (penyampai
risalah), fathonah (cerdas), beliau pernah hijrah ke Madinah karena menghindari
pembunuhan masyarakat Quraysi. Zaman rasulullah kehidupan masyarakat di Madinah
sangat Islami dan hukum ditegakkan dengan seadilnya. Banyak para sohabat dan
orang yang hidup pada masa rasulullah datang sendiri mengakui kesalahan dan
minta dihukum dengan sadil-adilnya. Begitulah peradaban pada zaman rasulullah
yang terkenal disebut dengan peradaban madaniyyah atau masyarakat madaniy.
Bagaimana dengan zaman sekarang ?
Pada zaman itu
umat Yahudi dan Nasrani sangat dilindungi dan hidup damai. Tidak ada peradaban
yang paling bagus sampai saat sekarang, yang melampaui peradaban zaman
rasulullah. Kita bisa mencontoh dengan karakter yang selalu berjama’ah sholat
fardhu dan masjid merupakan jantung dan pusat peradaban. Rasulullah mampu
merubah masyarakat Afrika utara yang paganisme menjadi masyarakat yang Islami
dan sejahtera. Islam telah terbukti sebagai rahmatan lil ‘Aalamiin di Timur
Tengah dan mampu membangkitkan kebodohan pada zaman itu menjadi bangsa yang
gemilang dari masa Rasulullah, Khulafaurrasyiddin, Umayyah, Abasiyyah,
Fatimiyah, dan Turki Usmani. Kita bisa mengulang kegemilangan tersebut dengan
cara tetap menjadikan masjid sebagai jantung peradaban dan memacu pemuda kita
untuk mencintai ilmu pengetahuan dan banyak melakukan penelitian.
II.
INTI
DAKWAH NABI MUHAMMAD
Sebenarnya dakwah
yang diserukan oleh Nabi kita Muhammad SAW itu intinya adalah sama seperti apa
yang diserukan oleh para nabi dan rosul terdahulu, namun bukan berarti bahwa
semua agama sekarang itu sama benarnya dan sama baiknya, sehingga kita boleh
bebas memilih agama yang kita suka sebagaimana apa yang dipahami oleh komunitas
islam liberal atau yang lainnya.
Bahwa kesamaan
disini adalah kesamaan pokok ajaran aqidah, bukan kesamaan praktek dan tata
cara di dalam beribadah yang disebut dengan syareat. Karena islam telah datang
untuk menyempurnakan dan menghapus syareat para rosul terdahulu. Jadi apa yang
dibenarkan di dalam islam maka ditetapkan oleh rosululloh seperti sholat dan
puasa dan apa yang bertentangan dihapus oleh Alloh dan Rosul-Nya seperti taubat
yang dilakukan dengan bunuh diri pada kaum Musa.
Kesamaanya itu
adalah terletak pada Pokok ajaran aqidah yaitu ajakan dan seruan untuk hanya
beribadah kepada Alloh dan meniadakan peribadatan kepada selain Allah. Adapun
inti ibadah kepada Allah Ta’ala itu adalah :
1.
Bersaksi bahwa
tidak ada yang berhak diibadahi selain Allah dan tidak ada tugas bagi kita
selain beribadah kepada-Nya.
Allah ta’ala
berfirman:
“Dan tidaklah Aku
ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku.” (QS.
Adz-Dzâriyât [51]: 56)
Ibadah yang harus
diperuntukkan hanya kepada Allah itu adalah mencakup segala hal yang
diperintahkan Allah baik berupa perbuatan maupun ucapan, baik yang lahir maupun
yang batin.
Tidaklah cukup
seseorang hanya meyakini saja didalam hati, tetapi keyakinan ini haruslah
keluar dari ucapan dan perbuatan kita.
Perkataan
seseorang, ”Saya beriman kepada Allah dan saya bukan musyrik” tidaklah
bermanfaat bila ternyata realita syirik ada padanya, Hasan Al Bashri rh berkata
: Iman itu bukan angan-angan dan bukan dengan hiasan, akan tetapi ia adalah apa
yang terpatri didalam hati dan dibenarkan dengan amalan.
1.
Memurnikan
seluruh bentuk peribadatan hanya kepada Allah Ta’ala.
Allah ta’ala
berfirman:
“Katakanlah,
‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb
semesta alam, tiada sekutu baginya; dan demikian itulah yang diperintahkan
kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)’.”
(QS. Al-An’âm [6]: 162- 163)
Dalam Islam,
kesaksian ini merupakan amalan yang dilakukan pertama kali, terakhir kali dan
sepanjang hidup baik secara lahir maupun batin. Hal ini juga merupakan pokok
aqidah yang diserukan oleh semua Rasul.
Dalam beribadah
ini haruslah mengikuti apa diperintahkan Allah Ta’ala lewat Rasul-Nya. Karena
beribadah walau dengan niatan untuk Allah Ta’ala tetapi dilaksanakan dengan
tata cara yang tidak mengikuti apa yang dituntunkan oleh Rasulullah maka
ibadahnya menjadi sia-sia.
1.
Menjauhi dan
membenci para Thagut dan para pengikutnya.
Allah ta’ala
berfirman:
“Dan sungguhnya
Kami telah mengutus (para) Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan),
‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thoghut’.” (QS. An-Nahl [16]: 36)
Barang siapa
mengucapkannya dan menetapi syarat-syaratnya, serta melaksanakan haknya maka
dia adalah seorang muslim. Barangsiapa tidak melaksanakan syarat-syaratnya,
atau melakukan salah satu dari pembatalpembatalnya tanpa udzur yang telah
disepakati oleh para ulama ahlus sunnah wal jama’ah, maka dia kafir meskipun
dia mengaku sebagai seorang Muslim.
Allah ta’ala
berfirman:
“Karena itu
barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka
sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak
akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah
[2]: 256).
Atas dasar itu
maka seorang mukmin haruslah menjauhi, membenci, memusuhi dan memerangi thaghut
(segala sesuatu yang diibadahi selain Allah dan dia rela untuk diibadahi/
pembahasan Thagut ada pada buletin Risalah Tauhid edisi 5 ), juga segala bentuk
peribadahan kepada selain Allah.
1.
Menentang para
pelakunya dan antara orang mukmin dengan mereka ada permusuhan dan kebencian
selama-lamanya sampai mereka hanya beribadah kepada Allah saja.
Allah ta’ala
berfirman:
“Sesungguhnya
telah ada suri tauladan yang baik bagi kalian pada Ibrahim dan orang-orang yang
bersamanya; ketika mereka berkata kepada kaum mereka, ‘Sesungguhnya kami
berlepas diri dari kalian dan dari apa yang kalian ibadahi selain Allah, kami
tentang kalian, dan telah nyata antara kami dan kalian permusuhan dan kebencian
untuk selama-lamanya sampai kalian beriman kepada Allah semata’.” (QS.
Al-Mumtahanah [60]: 4)
Walaupun
demikian, kita tidak dilarang berbuat baik dan adil kepada orang-orang kafir
yang tidak memerangi Islam. Allah ta’ala berfirman: “Allah tidak
melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang (kafir)
yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari
negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang berlaku adil.” (QS. Al-
Mumtahanah [60]: 8).
III.
STRATEGI
DAKWAH RASULULLAH
Rasulullah Saw
adalah contoh terbaik, dalam menggerakkan dan mengelola dakwah. Keberhasilannya
dalam mengajak manusia kepada agama Allah, terhitung spektakuler. Bagaimana
tidak, hanya dalam waktu 23 tahun beliau berhasil mengajak seluruh bangsa Arab
dalam pelukan Islam, yang imbasnya secara alamiah dari generasi ke generasi
Islam telah menyebar ke seantero jagad. Jumlah populasi muslim dunia ,kini yang
mencapai kurang lebih 1.5 milyar tak lepas dari kiprah beliau selama 23 tahun
tersebut.
Bahasan di seputar keberhasilan dakwah, tak ada rujukan yang paling pantas kecuali merujuk pada warisan sunnah yang telah ditinggalkan manusia paling agung, yakni Muhammad Saw. Allah berfirman :
“Serulah kepada Allah atas dasar basyiroh, aku dan orang-orang yang mengikutiku. Maha suci Allah, aku tiada termasuk orang-orang musyrik “ ( Yusuf ;108 )”
Beberapa mufassir memberikan keterangan , yang dimaksud ‘ala basyiroh pada ayat diatas adalah ‘ala sunnah atau ala ilmin , maknanya ; dakawah kepada Allah hendaklah berdasar sunnah rasul-Nya. Perintah ini sangatlah logis, sebab telah terbukti dalam lembar sejarah Muhammad Saw sebagai rasul terakhir benar-benar telah berhasil dengan gemilang menjadikn Islam sebagai rahmatan lil alamin. Dan tak berlebihan kalau kemudian seorang peneliti barat Michael Hurt, menempatkan Muhammad Saw pada urutan pertama dari 100 tokoh dunia yang paling berpengaruh.
Pada tulisan ini, akan disajikan secara garis besar bagaimana rasulullah Saw dalam meletakkan strategi dakwah, hingga pengaruhnya semakin meluas sepanjang zaman.
Bahasan di seputar keberhasilan dakwah, tak ada rujukan yang paling pantas kecuali merujuk pada warisan sunnah yang telah ditinggalkan manusia paling agung, yakni Muhammad Saw. Allah berfirman :
“Serulah kepada Allah atas dasar basyiroh, aku dan orang-orang yang mengikutiku. Maha suci Allah, aku tiada termasuk orang-orang musyrik “ ( Yusuf ;108 )”
Beberapa mufassir memberikan keterangan , yang dimaksud ‘ala basyiroh pada ayat diatas adalah ‘ala sunnah atau ala ilmin , maknanya ; dakawah kepada Allah hendaklah berdasar sunnah rasul-Nya. Perintah ini sangatlah logis, sebab telah terbukti dalam lembar sejarah Muhammad Saw sebagai rasul terakhir benar-benar telah berhasil dengan gemilang menjadikn Islam sebagai rahmatan lil alamin. Dan tak berlebihan kalau kemudian seorang peneliti barat Michael Hurt, menempatkan Muhammad Saw pada urutan pertama dari 100 tokoh dunia yang paling berpengaruh.
Pada tulisan ini, akan disajikan secara garis besar bagaimana rasulullah Saw dalam meletakkan strategi dakwah, hingga pengaruhnya semakin meluas sepanjang zaman.
Fase Dakwah
Rasulullah.
Dalam catatan para sejarawan, disepakati fase dakwah rasulullah secara global ada dua tahapan, dakwah sirriyah dan dakwah jahriyyah. Dakwah sirriyah dijalaninya selama kurang lebih 3 tahun di awal masa kenabian, sementara dakwah jahriyyah diawali setelah Allah memerintahkan beliau dengan turunnya surat Al-Hijr ayat ; 92.
Keberhasilan dakwah rasulullah yang paling menonjol pada masa dakwah sirriyah, dapat diringkas ada 3 strategi penting dan sangat mendasar , antara lain ;
a). Dakwah dengan cara rekruitment ( ad-da’wah ‘alal isthifa’ ).
Dari sekian banyak masyarakat quraisy, yang dibidik pertama rasulullah pada masa ini meliputi ; dari kalangan wanita istrinya sendiri Khadijah, dari kalangan remaja Ali bin Abi Thalib, dan dari kalangan pemuka dan tokoh masyarakat adalah Abu Bakar As-shidiq. Ketiga tokoh ini , memang menjdi titik strategis dalam menentukan perjalanan dakwah rasulullah berikutnya, terutama peran Khadijah yang mendukung total dakwah beliau dengan pertaruhan total seluruh harta dan jiwanya, dan peran Abu Bakar yang mampu melebarkan dakwah ke kalangan para elit quraisy. Menurut keterangan seorang sejarawan yang bernama Ibnu Ishak, masuk Islamnya Abu Bakar ( Ibnu Qohafah ) tak lama kemudian berhasil digandeng pemuka-pemuka quraisy ke dalam barisan dakwah rasulullah, antara lain ; Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam , Saad bin Abi Waqas dan Thalhah bin Ubaidillah. Keenam sahabat inilah yang memiliki peran penting dalam membentuk generasi assabiquunal awwalun ( generasi pertama Islam ).
b), Dakwah dengan memberdayakan kaum wanita.
Peran wanita di masa awal dakwah terus diberdayakan oleh rasulullah, karena kaum wanita sesungguhnya memiliki kekuatan dahsyat, bila ini diperdayakan untuk gerakan dakawah akan menghasilkan hasil yang sangat pesat. Pada konteks ini, yang menjadi titik sentral adalah peran Khadijah yang berhasil mendidik putri-putri Rasulullah , mendukung dakwah beliau. Peran kedua dijalankan oleh Asma binti Abu Bakar , yang menjadi pahlawan pada perjalanan hijrah beliau ke Madinah. Dari kedua wanita iilah secara bertahap wanita-wanita terkemuka quraisy , masuk Islam diantaranya bibi Rasulullah dari jalur bapaknya.
c), Dakwah difokuskan pada pembinaan aqidah.
Pembinaan aqidah pada masa awal risalah difokuskan di rumah salah seorang sahabat yang bernama Arqom bin Abil Arqom, di pinggiran kota Makkah. Inilah tempat pendadaran dan penggemblengan sejumlah sahabat utama rasulullah. Di rumah ini pulalah Umar bin Khattab diislamkan Rasulullah. Di rumah ini pullalah sahabat Mus’ab bin Umair dididik rasulullah, yang nantinya sahabat ini dipercaya rasullah membuka dakwah di kota Yastrib.
Kemudian pada fase dakwah jahriyyah, point-point penting yang mendorong keberhasilan dakwah rasulullah,antara lain ;
a). Dakwah kepada kerabat ( da’watul aqrobin ).
Media pertemuan-pertemuan keluarga dijadikan sarana rasulullah untuk mengajak kaum kerabatnya yang tergolong kelas pemimpin di mata masyarakat quraisy. Pada masa ini , berhasil direkrut dua paman rasulullah yang menjadi pembela dakwah beliau , pertama Abu Thalib , meski belum mau menerima ajaran Islam , namun inilah palang pintu utama rasulullah dalam menghadapi intimidasi kaum quraisy. Kedua , Hamzah bin Abdul Mutholib, selain telah menerima ajaran Islam , beliau inilah yang menjadi palang pintu kedua rasulullah dalam menghadapi intimidasi dari Abu Jahl dan Abu Lahab. Ketokohan Hamzah bin Abdul Mutholib dari sisi keparajuritan di mata masyarakat quraisy, jelas memperkuat posisi dakwah rasul di Makkah saat itu.
b). Dakwah dengan menggunakan media umum ( dakwah ‘ammah ).
Media –media umum yang bisa dipergunakan untuk dakwah tak luput dari perhatian rasulullah dalam menegakkan dakwah risalah. Pada masa ini yang perlu digaris bawahi adalah dipergunakannya momentum haji oleh rasulullah untuk dakwah, hingga berhasil bergabung dalam barisan dakwah beliau 12 orang dari suku Aus dan Khazroj dari Madinah pada musim haji. Pada musim haji berikutnya , 12 orang ini membawa 70 orang dari Madinah yang bersedia masuk Islam dan setia membela rasul dalam perjuangan dakwahnya. Peristiwa inilah yang dikenal dalam sejarah dengan sebutan Ba’aitul aqobah pertama dan Ba’aitul aqobah kedua.
c). Dakwah dengan tulisan ( surat )
Rasulullah tidak meninggalkan peran dunia tulis menulis dalam dakwahnya, meskipun beliau ditakdirkan sebagai seorarng yang buta huruf, lewat parea sahabatnya beliau menggunakan tulisan untuk menjangkau sasaran dakwah yang sangat jauh. Seperti beliau mengirim surat kepada para raja, untuk diajak beriman kepada Allah. Diantaranya yang berhasil masuk Islam adalah raja Najasi di Habasyah ( Ethiophia – Afrika ), yang dalam perjalanan dakwah Islam raja Najasyi kontribusinya tidak kecil. Kegiatan tulis menulis inilah yang dikemudian hari dikembangkan oleh para sahabat beliau dan para tabi’in untuk menyebarkan dakwah Islam ke seluruh pelosok dunia. Bahkan di kalangan sahabat dan tabi’in, hampir semua ulama meninggalkan karya yang bisa dibaca dan diwriskan pada generasi berikutnya.
Itulah beberapa point-point penting yang bisa disajikan dalam tulisan singkat ini, tentunya tak mungkin kita bahas semua strategi dakwah rasulullah pada kesempatan ini, karena terbatasnya waktu dan kesempatan. Namun yang paling penting bagaimana kita bisa meneladani strategi dakwah beliau , di era abad informasi ini, guna terus menggelorakan dakwah Islam di muka bumi ini.
Dalam catatan para sejarawan, disepakati fase dakwah rasulullah secara global ada dua tahapan, dakwah sirriyah dan dakwah jahriyyah. Dakwah sirriyah dijalaninya selama kurang lebih 3 tahun di awal masa kenabian, sementara dakwah jahriyyah diawali setelah Allah memerintahkan beliau dengan turunnya surat Al-Hijr ayat ; 92.
Keberhasilan dakwah rasulullah yang paling menonjol pada masa dakwah sirriyah, dapat diringkas ada 3 strategi penting dan sangat mendasar , antara lain ;
a). Dakwah dengan cara rekruitment ( ad-da’wah ‘alal isthifa’ ).
Dari sekian banyak masyarakat quraisy, yang dibidik pertama rasulullah pada masa ini meliputi ; dari kalangan wanita istrinya sendiri Khadijah, dari kalangan remaja Ali bin Abi Thalib, dan dari kalangan pemuka dan tokoh masyarakat adalah Abu Bakar As-shidiq. Ketiga tokoh ini , memang menjdi titik strategis dalam menentukan perjalanan dakwah rasulullah berikutnya, terutama peran Khadijah yang mendukung total dakwah beliau dengan pertaruhan total seluruh harta dan jiwanya, dan peran Abu Bakar yang mampu melebarkan dakwah ke kalangan para elit quraisy. Menurut keterangan seorang sejarawan yang bernama Ibnu Ishak, masuk Islamnya Abu Bakar ( Ibnu Qohafah ) tak lama kemudian berhasil digandeng pemuka-pemuka quraisy ke dalam barisan dakwah rasulullah, antara lain ; Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam , Saad bin Abi Waqas dan Thalhah bin Ubaidillah. Keenam sahabat inilah yang memiliki peran penting dalam membentuk generasi assabiquunal awwalun ( generasi pertama Islam ).
b), Dakwah dengan memberdayakan kaum wanita.
Peran wanita di masa awal dakwah terus diberdayakan oleh rasulullah, karena kaum wanita sesungguhnya memiliki kekuatan dahsyat, bila ini diperdayakan untuk gerakan dakawah akan menghasilkan hasil yang sangat pesat. Pada konteks ini, yang menjadi titik sentral adalah peran Khadijah yang berhasil mendidik putri-putri Rasulullah , mendukung dakwah beliau. Peran kedua dijalankan oleh Asma binti Abu Bakar , yang menjadi pahlawan pada perjalanan hijrah beliau ke Madinah. Dari kedua wanita iilah secara bertahap wanita-wanita terkemuka quraisy , masuk Islam diantaranya bibi Rasulullah dari jalur bapaknya.
c), Dakwah difokuskan pada pembinaan aqidah.
Pembinaan aqidah pada masa awal risalah difokuskan di rumah salah seorang sahabat yang bernama Arqom bin Abil Arqom, di pinggiran kota Makkah. Inilah tempat pendadaran dan penggemblengan sejumlah sahabat utama rasulullah. Di rumah ini pulalah Umar bin Khattab diislamkan Rasulullah. Di rumah ini pullalah sahabat Mus’ab bin Umair dididik rasulullah, yang nantinya sahabat ini dipercaya rasullah membuka dakwah di kota Yastrib.
Kemudian pada fase dakwah jahriyyah, point-point penting yang mendorong keberhasilan dakwah rasulullah,antara lain ;
a). Dakwah kepada kerabat ( da’watul aqrobin ).
Media pertemuan-pertemuan keluarga dijadikan sarana rasulullah untuk mengajak kaum kerabatnya yang tergolong kelas pemimpin di mata masyarakat quraisy. Pada masa ini , berhasil direkrut dua paman rasulullah yang menjadi pembela dakwah beliau , pertama Abu Thalib , meski belum mau menerima ajaran Islam , namun inilah palang pintu utama rasulullah dalam menghadapi intimidasi kaum quraisy. Kedua , Hamzah bin Abdul Mutholib, selain telah menerima ajaran Islam , beliau inilah yang menjadi palang pintu kedua rasulullah dalam menghadapi intimidasi dari Abu Jahl dan Abu Lahab. Ketokohan Hamzah bin Abdul Mutholib dari sisi keparajuritan di mata masyarakat quraisy, jelas memperkuat posisi dakwah rasul di Makkah saat itu.
b). Dakwah dengan menggunakan media umum ( dakwah ‘ammah ).
Media –media umum yang bisa dipergunakan untuk dakwah tak luput dari perhatian rasulullah dalam menegakkan dakwah risalah. Pada masa ini yang perlu digaris bawahi adalah dipergunakannya momentum haji oleh rasulullah untuk dakwah, hingga berhasil bergabung dalam barisan dakwah beliau 12 orang dari suku Aus dan Khazroj dari Madinah pada musim haji. Pada musim haji berikutnya , 12 orang ini membawa 70 orang dari Madinah yang bersedia masuk Islam dan setia membela rasul dalam perjuangan dakwahnya. Peristiwa inilah yang dikenal dalam sejarah dengan sebutan Ba’aitul aqobah pertama dan Ba’aitul aqobah kedua.
c). Dakwah dengan tulisan ( surat )
Rasulullah tidak meninggalkan peran dunia tulis menulis dalam dakwahnya, meskipun beliau ditakdirkan sebagai seorarng yang buta huruf, lewat parea sahabatnya beliau menggunakan tulisan untuk menjangkau sasaran dakwah yang sangat jauh. Seperti beliau mengirim surat kepada para raja, untuk diajak beriman kepada Allah. Diantaranya yang berhasil masuk Islam adalah raja Najasi di Habasyah ( Ethiophia – Afrika ), yang dalam perjalanan dakwah Islam raja Najasyi kontribusinya tidak kecil. Kegiatan tulis menulis inilah yang dikemudian hari dikembangkan oleh para sahabat beliau dan para tabi’in untuk menyebarkan dakwah Islam ke seluruh pelosok dunia. Bahkan di kalangan sahabat dan tabi’in, hampir semua ulama meninggalkan karya yang bisa dibaca dan diwriskan pada generasi berikutnya.
Itulah beberapa point-point penting yang bisa disajikan dalam tulisan singkat ini, tentunya tak mungkin kita bahas semua strategi dakwah rasulullah pada kesempatan ini, karena terbatasnya waktu dan kesempatan. Namun yang paling penting bagaimana kita bisa meneladani strategi dakwah beliau , di era abad informasi ini, guna terus menggelorakan dakwah Islam di muka bumi ini.
IV.
Meneladani
Rasulullah saw
meneladaninya
harus mengenal terlebih dahulu bagaimana karakter, sifat, sikap, dan
perilaku-perilakunya. Ada pepatah, ‘tak kenal maka tak sayang’. Karena itu,
jika tak kenal siapa Rasulullah maka kenali melalui sumber yang otentik (asli),
yaitu Al-Quran.
Dalam Al-Quran disebutkan, Nabi Muhammad saw adalah perwujudan dari kasih sayang Allah. “Wama arsalnaka illa rahmatan lil a`lamin—Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam” (QS. Al-Anbiya [21]:107). Jelas bahwa Rasulullah merupakan salah satu di antara sekian banyak rahmat Allah yang diturunkan untuk membawa umat manusia pada kehidupan yang damai dan sejahtera.
Menurut Sayyid Muhammad Husein Thabathabai, jika ingin tahu sifat Rahman dan Rahim Allah Swt terhadap semua makhluk-Nya, lihatlah bagaimana Rasulullah memperlakukan masyarakat di sekitarnya. Mengenai ini Allah Ta`ala berfirman, ”Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul yang paling mulia di antara kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin” (QS. At-Taubah [9]:128).
Salah satu bentuk kasih sayang beliau tampak dari kepeduliannya terhadap kaum mustadhafin. Misalnya, beliau selalu menangis ketika melihat penderitaan yang dialami kaum Muslimin.
Bukhari meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw menangis ketika ada anak kecil yang berada dalam keadaan sakaratul-maut, dan Nabi berdoa kepada Allah dengan berlinangan air mata meminta supaya dipermudah dalam sakaratul-mautnya. Selesai berdoa, wafatlah anak itu.
Begitu juga ketika Ibrahim, putra Nabi Muhammad saw yang paling kecil wafat dan kedua cucunya, Hasan dan Husein, menggelepar-gelepar menahan rasa lapar dan haus, Rasulullah menangis. Karena Nabi saw menangis, salah seorang sahabatnya menegur, ”Ya Rasulullah, bukankah menangis itu dilarang?” Nabi saw menjawab, ”Ini tangisan rahmat, ini tangisan kasih sayang.”
Rasulullah saw juga adalah orang yang senang meluangkan waktu untuk bersilaturahim. Tidak jarang saat bersilaturahim beliau sering memberikan baju atau serban yang dimilikinya ketika ada yang menginginkannya. Bahkan dalam shalat berjamaah ketika menjadi imam, beliau memendekkan bacaan-bacaan shalatnya; karena memperhatikan jamaah yang sakit, orang tua, anak kecil, dan orang-orang yang punya keperluan. Sedangkan jika munfarid, beliau memanjangkan bacaan dan doa-doanya sehingga dikabarkan kakinya bengkak-bengkak.
Bahkan, Nabi Muhammad saw dikenal lelaki yang paling baik dalam memperlakukan istri. Misalnya dalam riwayat disebutkan, Aisyah binti Abu Bakar dan Hafsah binti Umar bin Khaththab, sering mengomeli Rasulullah berkaitan dengan keuangan rumah tangga yang pas-pasan. Meskipun diperlakukan kurang terhormat, tetapi Rasulullah tidak memarahi apalagi menceraikannya. Untuk shalat tahajud saja, beliau meminta izin kepada istrinya.
Allah Swt berfirman, ”Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya” (QS Ali-Imran [3]:159).
Jadi, faktor keberhasilan Nabi Muhammad saw dalam membawa umat manusia pada Islam dikarenakan sikap lemah-lembut dan kasih sayangnya. Benarlah yang difirmankan Allah Swt, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, bagi orang yang mengharap Allah dan hari kiamat dan dia banyak mengingat Allah” (QS Al-Ahzab [33]: 21).
Nabi Muhammad saw juga mempunyai akhlak yang agung. Allah berfirman, “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung” (QS Al-Qalam [68]: 4). Masih banyak lagi hal lainnya yang perlu diteladani dari Nabi Muhammad saw, baik itu ibadah, muamalah, imamah, tijarah, dakwah, atau lainnya.
Oleh karena itu, jika kita mengaku umat Rasulullah saw wajib meneladaninya dan mencintai hal-hal yang dicintainya. Apa yang dicintai Nabi? Salah satunya, Nabi sangat mencintai keluarganya, khususnya yang disebutkan dalam hadis: Sayyidah Fathimah
Dalam Al-Quran disebutkan, Nabi Muhammad saw adalah perwujudan dari kasih sayang Allah. “Wama arsalnaka illa rahmatan lil a`lamin—Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam” (QS. Al-Anbiya [21]:107). Jelas bahwa Rasulullah merupakan salah satu di antara sekian banyak rahmat Allah yang diturunkan untuk membawa umat manusia pada kehidupan yang damai dan sejahtera.
Menurut Sayyid Muhammad Husein Thabathabai, jika ingin tahu sifat Rahman dan Rahim Allah Swt terhadap semua makhluk-Nya, lihatlah bagaimana Rasulullah memperlakukan masyarakat di sekitarnya. Mengenai ini Allah Ta`ala berfirman, ”Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul yang paling mulia di antara kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin” (QS. At-Taubah [9]:128).
Salah satu bentuk kasih sayang beliau tampak dari kepeduliannya terhadap kaum mustadhafin. Misalnya, beliau selalu menangis ketika melihat penderitaan yang dialami kaum Muslimin.
Bukhari meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw menangis ketika ada anak kecil yang berada dalam keadaan sakaratul-maut, dan Nabi berdoa kepada Allah dengan berlinangan air mata meminta supaya dipermudah dalam sakaratul-mautnya. Selesai berdoa, wafatlah anak itu.
Begitu juga ketika Ibrahim, putra Nabi Muhammad saw yang paling kecil wafat dan kedua cucunya, Hasan dan Husein, menggelepar-gelepar menahan rasa lapar dan haus, Rasulullah menangis. Karena Nabi saw menangis, salah seorang sahabatnya menegur, ”Ya Rasulullah, bukankah menangis itu dilarang?” Nabi saw menjawab, ”Ini tangisan rahmat, ini tangisan kasih sayang.”
Rasulullah saw juga adalah orang yang senang meluangkan waktu untuk bersilaturahim. Tidak jarang saat bersilaturahim beliau sering memberikan baju atau serban yang dimilikinya ketika ada yang menginginkannya. Bahkan dalam shalat berjamaah ketika menjadi imam, beliau memendekkan bacaan-bacaan shalatnya; karena memperhatikan jamaah yang sakit, orang tua, anak kecil, dan orang-orang yang punya keperluan. Sedangkan jika munfarid, beliau memanjangkan bacaan dan doa-doanya sehingga dikabarkan kakinya bengkak-bengkak.
Bahkan, Nabi Muhammad saw dikenal lelaki yang paling baik dalam memperlakukan istri. Misalnya dalam riwayat disebutkan, Aisyah binti Abu Bakar dan Hafsah binti Umar bin Khaththab, sering mengomeli Rasulullah berkaitan dengan keuangan rumah tangga yang pas-pasan. Meskipun diperlakukan kurang terhormat, tetapi Rasulullah tidak memarahi apalagi menceraikannya. Untuk shalat tahajud saja, beliau meminta izin kepada istrinya.
Allah Swt berfirman, ”Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya” (QS Ali-Imran [3]:159).
Jadi, faktor keberhasilan Nabi Muhammad saw dalam membawa umat manusia pada Islam dikarenakan sikap lemah-lembut dan kasih sayangnya. Benarlah yang difirmankan Allah Swt, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, bagi orang yang mengharap Allah dan hari kiamat dan dia banyak mengingat Allah” (QS Al-Ahzab [33]: 21).
Nabi Muhammad saw juga mempunyai akhlak yang agung. Allah berfirman, “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung” (QS Al-Qalam [68]: 4). Masih banyak lagi hal lainnya yang perlu diteladani dari Nabi Muhammad saw, baik itu ibadah, muamalah, imamah, tijarah, dakwah, atau lainnya.
Oleh karena itu, jika kita mengaku umat Rasulullah saw wajib meneladaninya dan mencintai hal-hal yang dicintainya. Apa yang dicintai Nabi? Salah satunya, Nabi sangat mencintai keluarganya, khususnya yang disebutkan dalam hadis: Sayyidah Fathimah
BAB III
MEMPERBAIKI
AKHLAK MANUSIA
A. MEMPERBAIKI
AKHLAK MANUSIA
Memperbaiki akhlak manusia karna pada saat
itu manusia dalam masa kebobrokan, yaitu masa Jahiliyah, karna pada masa
Jahiliyah ada judi, perzinaaan, pembunuhan bayi perempuan, dll.
Misi umum Nabi Muhammad adalah membawa
risalah dakwah.
Risalah: ajaran | Dakwah: ajakan.
Risalah: ajaran | Dakwah: ajakan.
B.
MISI UMUM NABI
MUHAMMAD SAW
Misi umum pertama Nabi Muhammad adalah
memperkenalkan sang pecipta (Mari’fatullah), karna pada masa Jahiliyah banyak
yg menyembah patung.
Cara membuktikan Allah walau gaib tapi ada
seperti angin yg bisa dirasakan namun tidak bisa dilihat.
Misi umum kedua Nabi Muhammad adalah
memperkenalkan al-Qur’an sebagai pedoman hidup (Ma’rifatul manhajulhayah).
Pedoman hidup: tuntunan-tuntunan hidup.
Pedoman hidup: tuntunan-tuntunan hidup.
Misi umum ketiga Nabi Muhammad adalah
menjelaskan tata cara ibadah(Ma’rifatul Ibadah).
Misiumum keempat Nabi Muhammad adalah
mendidik dan membina.
Misi khusus pertama nabi Muhammad adalah
menegakkan agama Allah (Iqo ma’tuddin) dengan cara menegakkan
Khilafah/pemerintahan islam (Iqomah kholfah).
Keluarga pertama Nabi Muhammad yang menjadi
Islam adalah istrinya, Khodijah.
Fungsi untuk menegakan pemerintahan islam
adalah agar umat islam bisa menegakkan agama islam.
Misi khusus kedua Nabi Muhammad adalah
merekrut/membina orag-orang islam (Banaa irajaala)
Misi khusus ketiga Nabi Muhammad adalah
metode dakwah (sembunyi2, ceramah, mengunjungi, terang2an) (Manha jada mawat).
Misi khusus keempat Nabi Muhammad adalah
mengaplikasikan/mengamalkan risalah (tathiiqo ilamaalaq). Kita harus melakukan
apa yang kita suruh ke orang lain.
BAB IV
MEDIA DAKWAH NABI
MUHAMMAD SAW
Di antara kebanggaan yang dimiliki umat Muslim adalah
kemuliaan dua kota penting dalam sejarah Islam di Jazirah Arab, Makkah
Al-Mukarramah dan Madinah Al-Munawwarah. Dua kota tersebut adalah tujuan ziarah
dalam beberapa rangkaian ibadah haji dan umrah seluruh umat Muslim dari segala
penjuru dunia. Kemuliaan terpancar dari kedua kota tersebut mengingat Allah SWT
secara khusus melipat gandakan pahala ibadah salat di dua masjid yang ada di
kedua kota tersebut, yaitu Masjid Al-Haram di Makkah dan Masjid Al-Nabawy di
Madinah.
Rasulullah
SAW lahir dan tumbuh dewasa di kota Makkah namun perjalanan dakwah dan
perjuangannya membangun peradaban masyarakat sipil berkeadilan berawal dari
Madinah. Secara eksklusif, dalam tulisan ini akan dibahas kemuliaan kota
Madinah dari sisi sistem pemerintahannya
.
Di
Madinah, Rasulullah SAW memulai dakwahnya setelah sebelumnya beliau terusir
dari tanah kelahirannya, Makkah. Kepindahan atau hijrah Nabi SAW itu disebabkan
oleh karena kebencian, embargo dan perlakuan jahat Suku Quraisy, kelompok yang
paling berpengaruh di Makkah saat itu, terhadap kaum Muslim atau para pengikut
dakwah Nabi semakin lama semakin kejam dan biadab. Strategi hijrah tersebut
membuahkan hasil, atas izin Allah. Di negeri Madinah, Rasulullah SAW memimpin
masyarakat yang plural menuju peradaban yang maju dan berkeadilan. Persaudaraan
terjadi di antara kaum Muslim yang berasal dari Makkah ataupun dari Madinah.
Konsolidasi dan persatuan terbangun di antara warga Madinah, baik yang beragama
Islam maupun non-Islam. Pembangunan dan penyebaran ilmu pengetahuan secara
merata terjadi di sana. Semua itu berkat kepemimpinan dan pemerintahan adil
Rasulullah SAW.
Kisah
keadilan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW terlihat dari perjuangan dakwah
Islamnya. Dalam berdakwah, Rasulullah mengedepankan unsur kebijakan,
kebijaksanaan, toleransi, kebaikan dan perbaikan masyarakat, serta kejujuran
atas ajaran Islam yang diamanatkan oleh Allah SWT. Dalam Alquran disebutkan:
“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan
hikmah [perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang haq
dan yang batil] dan pelajaran yang baik! Dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik! Sesungguhnya Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya,
dan Ia lebih mengetahui siapa yang mendapatkan petunjuk” (QS. Al-Nahl: 125).
Di
samping itu, dakwah Rasulullah SAW juga terinspirasi oleh ayat Alquran lainnya:
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama
(Islam). Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang
sesat. Karena itu, barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada
Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat
yang tidak akan terputus. Dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui” (QS. Al-Baqarah: 256).
Ayat
tersebut mencerminkan metode dakwah Nabi yang pada perkembangannya dari model
dakwah yang elegan tersebut, kemajuan peradaban kehidupan sosial masyarakat
Madinah terwujud.
Masyarakat
Madinah yang sebelumnya hidup dalam kecamuk konflik yang berkepanjangan, tumbuh
menjadi masyarakat berperadaban maju dan terhindar dari ancaman buta hukum dan
pengetahuan. Layaknya konflik masyarakat modern, konflik yang menggelayuti
warga Madinah sebelum kehadiran Rasulullah SAW sebagai pemimpin resmi juga
terjadi secara politis, meskipun sumber-sumber pemicunya bermacam-macam. Warga
Madinah yang majemuk secara suku dan budaya sangat rapuh untuk terjadinya
konflik komunal. Kondisi tersebut menempatkan penduduk Madinah pada posisi
terlemah dalam radar intaian dan serangan pihak luar. Lemahnya keamanan wilayah
Madinah menggiring warganya untuk menemukan sosok pemimpin adil yang mampu
mengentaskan Madinah dari ancaman ledakan konflik komunal serta ancaman
serangan dari luar. Dalam situasi mencekam itulah Rasulullah SAW hadir di hati
rakyat Madinah dan beliau berhasil menerapkan sistem pemerintahan yang adil
bagi seluruh warga.
Profil
Rasulullah SAW sebagai pemimpin Madinah yang adil telah dilacak sejak lama oleh
warga Madinah. Sejak beliau masih berjuang mengentaskan masyarakat Makkah dari
jurang kebodohan dan kesesatan sosial serta spiritual, beberapa orang sebagai
representatif warga Madinah telah menemui beliau guna menilai kecakapan
Rasulullah dalam memimpin umat menuju kemajuan. Beberapa tahun sebelum
Rasulullah hijrah, representatif resmi dari penduduk Madinah mengajukan
proposal kepada Rasulullah agar beliau bersedia membimbing warga Madinah
sekaligus berjalan bersama dengan mereka menciptakan keamanan dan keadilan di
Madinah.
Tawaran
warga Madinah ini selain bernilai strategis juga merupakan langkah penting
untuk menguatkan pondasi dakwah Islam, mengingat jalan dakwah di Makkah semakin
hari terasa semakin sulit. Dari pertemuan wakil penduduk Madinah dan Rasulullah
SAW di kota Aqabah tersebut terjalin kesepakatan positif antara kedua belah
pihak. Penduduk Madinah menjanjikan akan beriman kepada Allah SWT, tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, tidak membunuh anak perempuan mereka,
tidak berzina, tidak mencuri dan tidak melakukan tindak kejahatan sosial
lainnya. Sementara itu, Rasulullah juga bersedia membantu mereka untuk
mengajarkan norma-norma kemanusiaan yang harus ditegakkan sebagai syarat
mencapai kemakmuran sosial.
Beberapa
bulan berikutnya di kota yang sama, Aqabah, lebih banyak lagi penduduk Madinah
yang menyatakan kesediaan untuk berjuang bersama-sama dengan Rasulullah SAW
membangun peradaban sipil di Madinah. Lebih dari itu, dalam pertemuan kedua di
Aqabah itu penduduk Madinah menyatakan pengangkatan Rasulullah SAW sebagai
pemimpin. Pernyataan tersebut berimplikasi besar bagi perjalanan dakwah Islam
serta pembangunan peradaban sipil masyarakat Madinah.
Berdasar
pada keseriusan warga Madinah itu, beberapa waktu kemudian Rasulullah SAW
beserta para sahabat berhijrah ke Madinah. Di sana, sebagai pemimpin beliau
mengambil kebijakan taktis untuk menerapkan sistem kehidupan sosial bagi
seluruh penduduk Madinah yang sangat multikultur, berdasarkan aturan hukum dan
bimbingan Allah SWT.
Pada
tahun kedua Hijrah, Rasulullah SAW menerbitkan peraturan tentang hubungan
antarkomunitas di Madinah. Peraturan ini dikenal dengan Piagam Madinah. Dokumen
yang disepakati oleh seluruh warga Madinah tersebut merupakan undang-undang
untuk pengaturan sistem politik dan sosial masyarakat Madinah yang plural. Dokumen
ini dinilai sebagai konstitusi negara tertulis pertama di dunia. Dari Piagam
Madinah, Rasulullah SAW menegakkan keadilan, menghadirkan ketenteraman dan
membangun peradaban maju di Madinah.
Demikianlah
bentuk kepemimpinan adil yang ditampilkan Rasulullah SAW dalam panggung politik
pada masanya. Tugas kita sebagai umat Muslim masa kini adalah meneruskan
perjuangan menegakkan keadilan di mana pun tempat. Madinah adalah wujud setting
masa lalu di mana Rasulullah SAW menegakkan pemerintahan yang adil. Pada masa
kini, tempat kita masing-masing, rumah kita, masyarakat kita, kota kita, negara
kita adalah medan perjuangan kita untuk menegakkan keadilan.
BAB- V
PENUTUP
Nabi Muhammad saw, itulah namanya , beliaulah pantas di jadikan tauladan hidup
manusia karna ahklaqnya sangat pantas kita tiru, dari perbuatan maupun
perkataannya bahkan dari cara kita beribadah kepada Allah SWT.
Kisah- kisah
beliau sangat menarik di baca, entah itu dari beliau lahir sampai beliau diutus
menjadi Rosul terakhir, beliau adalah manusia mulia, dan pantaslah kita bengga
mempunyai pemimpin seperti beliau.
Makalah ini
berceritakan tentang sejarah singkat tentan beliau, dan bila ada kesalah dan
kekurangannya tentu dari saya pribadi, dikarnakan lemahnya ilmu pengetahuan
saya tentang sejarah Nabi Muhammad Saw, nasehat dan masukan sangatlah
saya harapkan untuk menambah pengetahuan saya tentang sejarah islam.
Terima kasih
SARAN-SARAN:
Dalam penulisan serta penyusunan makalah ini tentu banya salah dan
kekurangannya, maka dari itulah saya mengaharap saran dan nasehat buat
mempercantik karya yang saya buat ini.
ü
……………………………………………………
ü
……………………………………………………
ü
……………………………………………………
ü
…………………………………………………….
ü
……………………………………………………
ü
…………………………………………………….
ü
…………………………………………………….
ü
…………………………………………………….
ü
……………………………………………………..
ü
…………………………………………………….
ü
…………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA:
1.
Azrizulal.wordpress.com
2.
Buku the power of muslim
3.
http.assunah.com
0 komentar :
Posting Komentar